oleh Maryono, S.Pd
Dari tahun ke tahun, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) selalu melahirkan manusia
manusia yang cerdas, bahkan bisa dikatakan sangat cerdas.
Negara ini tidak pernah absen dalam peraihan juara berbagai perlombaan internasional. Indonesia mempunyai banyak pelajar dengan intelligent quotient diatas rata-rata. Para mahasiswa dengan ide ide inovatif dan kreatif.
Dalam International Olympiads sebagai ajang perlombaan tertinggi di seluruh dunia, negara kita Indonesia selalu menempatkan perwakilan siswa siswi terbaiknya menjadi peraih emas Olympiads. Suatu pencapaian yang sangat luar biasa, karena mampu bersaing dengan negara-negara yang jauh lebih maju dari Indonesia.
Raihan-raihan yang sungguh sangat membanggakan bangsa Indonesia.
Hal itu tentu tidak secara keseluruhan mencerminkan kualitas para pelajar dan mahasiswa bangsa ini. Akan tetapi setidaknya tidak terlalu jauh mewakili kondisi yang sebenarnya atas kecerdasan para pelajar di negeri ini. Perwakilan Indonesia mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan level tinggi, tantangan-tantangan yang sangat menguras otak, tidak hanya selevel negara berkembang seperti Indonesia, bahkan level negara-negara Eropa dan Amerika sekalipun.
Namun, kita masih mempunyai satu pekerjaan rumah (PR) dalam memaksimalkan anak – anak bangsa yang sangat cerdas tersebut. Stakeholders atau lebih kita kenal dengan para pengambil keputusan di negeri ini, lebih memilih anak bangsa yang layak jual
atau mendatangkan kekayaan dalam bentuk materi, bukan yang layak untuk dibanggakan secara prestasi keilmuan dan seharusnya layak diberi penghargaan.
Para pemilik kekuasaan dan pemilik modal di negara ini lebih memilih mereka yang viral dengan
instan meskipun tanpa nilai bahkan cenderung merusak akhlak generasi bangsa. Kita sudah terlalu terbiasa mencari yang instan, instan jadi dan instant mendatangkan uang. Berlama-lama dengan mengikuti prosesnya adalah hal yang masih jauh dari budaya maupun mindset kita. Walaupun sebenarnya mendatangkan lebih banyak manfaat bagi lebih banyak orang di negeri ini. Ini menyebabkan generasi kita saat ini cerdas secara pengetahuan namun minim secara adab.
PR selanjutnya adalah menjadikan kecerdasan otak teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang cerdas dalam problem solving soal-soal atau pertanyaan-pertanyaan terkait Matematika
misalnya, seharusnya mampu memperhitungkan akibat-akibat yang mungkin muncul dari perilaku keseharian mereka.
Bagi mereka yang cerdas dalam bidang Science pun akan lebih maksimal jika mampu menjaga lingkungan sekitar agar tetap sehat dan tidak berbahaya. Pun bagi mereka dengan kecerdasan tinggi di bidang IT seharusnya mampu menciptakan project yang tidak hanya menyenangkan, tapi juga mendukung perkembangan fisik dan juga psikologis kita.
Teknologi, pengetahuan, teori-teori dan segala yang telah dipelajari dalam kelas jika dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari akan mempermudah untuk memecahkan persoalan dan solusi dari masalah yang sedang dihadapi baik untuk diri sendiri terlebih lagi untuk masyarakat secara umum.
Dan begitu juga seharusnya ketika mempelajari berbagai adab yang berisi kebaikan, akan membuat seseorang memiliki kemampuan untuk bijaksana dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya. Karena mereka punya kecerdasan yang tinggi, pengetahuan yang baik diikuti dengan adab yang baik kepada seluruh makhluk.
Tentunya tawuran antar pelajar yang menjadi penyakit menahun bangsa ini akan sangat berkurang jika sesama pelajar kita saling mempraktikkan adab, seperti saling menghargai, saling menyayangi dan tidak saling menyakiti.
Begitu juga dengan masalah seksual pada generasi muda, seperti pelecehan seksual, seks pranikah dan lain sebagainya tentu tidak akan terjadi jika mereka menjaga adab dengan lawan jenis.
Akan sangat membahagiakan jika segala sesuatu berjalan adil sebagaimana mestinya. Ini akan mengurangi adab-adab buruk yang selama ini menggerogoti generasi muda kita.
Bagikan Artikel Ini :