• info@annahl-islamic.sch.id
    021 – 29218282

Layakkah diriku disebut muslim?

oleh : Hamdan Kurniawan Zega

Alhamdulillah, yang dengan nikmat-Nya sempurna semua kebaikan. Dengan taufiq-Nya kita berada di atas jalan yang lurus. Dengan cahaya yang menerangi menembus batas-batas kegelapan.

Sungguh, Islam adalah cahaya, yang menerangi ufuk Timur dan Barat. Menyinari dunia dengan cahaya iman. Menjauhkan manusia dari beribadah kepada makhluq, menuju peribadatan kepada sang khaliq (pencipta).

Cahaya Islam amatlah terang namun tak menyilaukan mata. Cahayanya menerangi, memberi kehangatan bukannya membakar. Cahaya indahnya membuka cakrawala akan luasnya rahmat sang Pencipta.

Islam sangatlah sempurna namun tidak dengan para pengikutnya. Maka sangatlah indah perkataan yang mengatakan, ‘Al-Islamu Mahjubun Bil Muslimin’.

Ia seakan menjelaskan bahwa cahaya Islam memang terang benderang, dan sangatlah indah. Namun cahayanya telah terhijab atau tertutupi.

Dengan apa?

Apakah orang-orang kafir yang menghalau cahayanya sehingga ia tertutupi dan seakan sirna? Tidak! 

Cahayanya tertutupi dengan orang Islam sendiri, dengan kaum muslimin.

Muncul pertanyaan mungkin dari kita.

Kenapa bisa seperti itu? 

Pernahkah engkau bertanya pada dirimu sendiri di dalam kesendirian.

Mengajak ia berkomunikasi, berdialog dengan hatimu.

Hai jiwa, engkau adalah seorang muslim.

Engkau adalah umatnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Engkau seharusnya mengikuti sunnah-sunnahnya.

Sebagian kita terkadang disibukkan dengan hal-hal besar, yang sebenarnya kita tidak memiliki kapasitas dalam hal itu.

Namun terkadang seakan memaksakan diri untuk membahasnya. Semestinya seseorang berbicara dengan apa yang ia ketahui, tidak boleh melampaui batas ilmunya.

Tanyakan dirimu.

Hai jiwa!

Hai Fulan!

Hai Fulanah!

Sudahkah engkau terbangun lalu membaca doa ketika bangun tidur?

Sudahkah engkau memulai makan dengan bismillah?

Sudahkah engkau makan dengan tangan kananmu?

Apakah engkau mengambil makanan mulai dari yang terdekat lebih dulu?

Sudahkah engkau membaca doa ketika masuk kamar mandi?

Sudahkah engkau membaca doa ketika keluar kamar mandi?

Sudahkah engkau melaksanakan walau hanya dua rakaat shalat dhuha?

Sudahkah engkau membaca doa ketika keluar rumah?

Sudahkah engkau membaca doa ketika kembali masuk ke dalam rumah?

Sudahkah engkau berdzikir di pagi dan petang hari?

Sudahkah engkau membaca doa ketika masuk ke dalam masjid, kemudian melangkahkan kaki kananmu terlebih dahulu ketika memasukinya?

Sudahkah engkau membaca doa ketika keluar masjid, kemudian melangkahkan kaki kirimu terlebih dahulu ketika hendak keluar darinya?

Sudahkah engkau membaca Alhamdulillah ketika engkau bersin.

Sudahkah engkau mendoakan orang bersin dengan doa yang baik?

Sudahkah engkau memberi salam kepada orang yang dikenal dan tidak dikenal?

Apakah wajahmu selalu dipenuhi oleh rona senyuman sebagaimana yang Nabi contohkan?

Sudahkah saudaramu selamat dari pahitnya kata yang keluar dari lisanmu?

Sudahkah engkau mendahulukan doa hidayah bukannya tatapan sinis ketika melihat saudaramu berbuat kesalahan?

Sudahkah engkau membaca walau satu halaman Qur’an dalam setiap harinya?

Sudahkah engkau?

Sudahkah engkau?

Apakah engkau?

Hendaknya pertanyaan ini selalu ada di setiap hati seorang yang beriman.

Ya, menurutmu mungkin ini hal yang remeh temeh.

Namun ia adalah akhlak Islam. Akhlak dari pemeluk agama rahmatan lil ‘alamin. Yang seharusnya menghias diri seorang muslim.


Bagikan Artikel Ini :

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Open chat
Butuh Bantuan