• info@annahl-islamic.sch.id
    021 – 29218282

MENDIDIK ANAK TUNTUNAN RASULULLAH…

Oleh: Dina Novita, SS (Guru TK A)

Islam adalah agama damai yang tidak menjadikan kekerasan sebagai jalan untuk mencapai tujuan tertentu. Termasuk di dalamnya adalah kekerasan pada istri dan anak. Islam tidak menghendaki terjadinya kekerasan pada keduanya, meskipun dilakukan dalam rangka pendidikan pada anak. Kalau mengamati kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau adalah orang yang selalu mengasihi anak-anak. Nabi saw. tidak pernah menyakiti atau melakukan tindak kekerasan pada mereka. Dalam sebuah Hadits diceritakan:

“Dari Abi Hurairah (beliau berkata), sesungguhnya Aqra’ Bin Habis melihat Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wassalam. mengecup Hasan. Kemudian ia berkata: saya mempunyai sepuluh anak, dan tidak satu kalipun aku mengecup mereka. Lalu Nabi bersabda: orang yang tidak punya belas kasih, maka tidak akan mendapat belas kasih (dari yang lain)”. (HR. Muslim)

Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda :
“Perintahkanlah anakmu untuk melakukan shalat ketika ia berusia tujuh tahun. Dan (jika masih belum shalat maka) pukullah (idhribu) mereka setelah berusia sepuluh tahun. Serta pisahkan mereka (laki-laki dan perempuan) dari tempat tidurnya”. (HR. Abu Daud)

Kata “dharaba” yang digunakan pada hadis tersebut, tidak hanya berarti memukul, tapi juga berarti mendidik, membimbing dan menuntun. Karena itu, hadis tersebut tidak dapat dipahami sebagai anjuran untuk memukul anak, jika mereka belum mau melaksanakan perintah Allah swt. Tetapi hendaknya diajari tata-cara shalat yang baik dan benar, bimbinglah mereka untuk selalu mengingat dan mengerjakan shalat dan kembali taat kepada Allah dengan pendekatan-pendekatan kejiwaan, bukan dengan kekerasan.  Dengan cara tersebut maka anak akan menuruti perintah orang tuanya.

Jika berbicara tentang pendidikan anak, maka kekerasan yang diterima si anak akan selalu membekas dalam memori, ingatan dan jiwanya. Kekerasan tersebut dapat  mempengaruhi tingkah laku dan pola kehidupannya setelah ia dewasa. Sebagaimana hadits Rasulullah:
“Setiap anak terlahir dalam keadaan suci-bersih, maka ayahnya yang akan menjadikan dia Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (HR. Baihaqi)

Kalau kita menginginkan anak-anak kita menjadi baik, kekerasan bukanlah jalannya. Uswah atau teladan dari orang yang penuh kasih sayang (rahmah) dan juga adil, adalah salah satu kuncinya. Sebab bagaimana kita bisa menyuruh anak shalat jika kita sendiri tidak melaksanakannya. Mustahil kita bisa menyuruh anak belajar di malam hari jika setiap malam orang tuanya duduk manis berjam-jam di depan televisi. Dan tidak kalah pentingnya adalah doa selalu dipanjatkan, memohon kepada Allah Azza Wa Jalla siang dan malam agar anak-anak kita menjadi anak yang saleh dan salihah. Wallahua’lam bisshawab.

Bagikan Artikel Ini :

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Open chat
Butuh Bantuan