• info@annahl-islamic.sch.id
    021 – 29218282

Nasihat untuk Diri

Oleh : Retno Ningsih

Nasihat ibarat obat, memang pahit namun bermanfaat jika digunakan dengan tepat. 

Selama menjadi guru tidak sedikit pelatihan, workshop sudah diikuti. Pelatihan-pelatihan yang intinya memandu dan menuntun kita untuk menjadi guru hebat. Ya, memang tidak dapat dipungkiri tujuan utama kala itu mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut  adalah mendapatkan selembar kertas sertifikat. Selembar, dua lembar, beberapa lembar sertifikat terkumpul dan disusun rapi  kedalam folder, senang sekali melihatnya. Sertifikat-sertifikat itu bagaikan koleksi olehku, hehehe. Namun adakah materi yang meresap ke sanubari? Alhamdulillah ada walaupun secuil. Apakah diaplikasikan ke dalam pengajaran sehari-hari? Saat itu belum diaplikasikan. Padahal jika materi-materi luar biasa tersebut dapat diaplikasikan dengan baik maka pengajaran dikelas pastinya lebih bermakna dan menyenangkan bagi anak-anak. 

Pelatihan  merupakan ajang men charge ilmu dan berkumpul dengan rekan-rekan sejawat, bertukar pikiran untuk menambah wawasan. Tak hanya pada kegiatan pelatihan, di sekolah kegiatan supervisi rutin dilaksanakan untuk mengevaluasi dan mencari solusi terbaik terhadap masalah yang ditemukan. Banyak masukan, nasihat yang diberikan oleh supervisor dan senior. Namun lagi-lagi itu semua hanya tersimpan di buku catatan sebagai koleksi pribadi.

Pengajaran dilakukan klasikal dengan menggunakan metode dan teknik yang serupa, hasilnya pun tidak berbeda. Banyak anak-anak yang belum menunjukkan kemajuan dalam belajar. Saya yang mengharapkan anak-anak memiliki hasil lebih tapi enggan merubah aksi di kelas. Sedikit demi sedikit mulai mengulik apa yang salah? Mengapa prestasi beberapa anak-anak ini tidak kunjung membaik.  Kala itu selalu menganggap diri sudah optimal mengajar dan tidak jarang batin berkata ini adalah kesalahan anak yang kurang fokus dan tidak mau berusaha untuk mengerti pembelajaran. Anak-anak tidak mau mengeluarkan usaha lebih mengulang pembelajaran di rumah. Pertanyaan yang selalu sama, masalah yang itu-itu saja. Mau sampai kapan seperti ini? Pertanyaan itu akhirnya muncul untuk diri sendiri.

Nasihat itu cahaya

Salah satu sifat cahaya adalah mampu menembus benda bening. Benda bening tentunya bersih tanpa noda. Bayangkan jika cermin ternoda oleh satu, dua, tiga, bahkan banyak oleh noda-noda, apakah cahaya dapat menembus cermin? Bisa, jika kita membersihkan noda tersebut dahulu. Jika nasihat adalah cahaya dan hati adalah cermin maka hanya hati bersihlah yang mampu menerima dan mengaplikasikan nasihat itu. Hanya jiwa-jiwa yang besarlah yang mampu mendobrak cara-cara lama dengan cara kekinian untk hasil yang optimal. 

Tahun demi tahun berlalu, hati melunak. Sedikit demi sedikit menghapus noda dalam hati ini. Diri sudah berazam untuk membuat anak-anak didik nyaman belajar dan berharap prestasi mereka dapat meningkat. Catatan-catatan yang tersimpan rapi mulai dibuka satu persatu untuk dipelajari. Nasihat-nasihat lalu baik dari pelatihan, rekan sejawat, senior, supervisor diingat kembali. Selangkah, dua langkah mulai melangkah keluar dari zona nyaman, mendobrak dinding penghalang untuk maju. 

Nasihat itu berkata kosongkan air dalam gelasmu karena gelas penuh air tidak dapat dituangkan air lagi. 

Adapun ungkapan yang pernah kubaca yaitu Hatipun bisa buta ( Ibnu Taimiyah, majmu fatawa 7/32). “Sebagaimana bahwa setiap manusia Ketika memejamkan kedua matanya maka dia tidak bisa melihat sesuatu pun, sekalipun dia tidak buta. Demikian halnya dengan kalbu yang tertutup oleh kerak-kerak dosa, yang menjadikannya tidak lagi dapat memandang kebenaran”. Semoga kita semua diberikan hati yang lembut oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk dapat merendahkan hati, membuka diri untuk mendengarkan serta menerima nasihat baik.

 

Bagikan Artikel Ini :

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Open chat
Butuh Bantuan